Minggu, 21 Februari 2016

MAKSIMALKAN SISA USIA UNTUK KETA’ATAN

Imam Al-Fudhail bin ‘Iyadh rahimahullah (wafat 187 H) 
pernah berkata kepada seseorang: “Berapa usiamu?” Orang 
itu menjawab: “60 tahun.” Al-Fudhail berkata: “Berarti sejak 
60 tahun engkau berjalan menuju Tuhanmu dan hampir-hampir engkau akan sampai pada-Nya”.

Mendengar hal itu, orang tersebut berkata:
“Tahukah engkau tafsir dari kalimat yang engkau ucapkan? 
(tafsirnya adalah) engkau katakan: bahwa aku adalah hamba 
milik Allah dan akan kembali kepada-Nya. Maka barang siapa 
yang mengetahui bahwa dia adalah hambanya Allah dan dia 
akan kembali kepada-Nya, hendaklah ia mengetahui bahwa 
ia akan dibangkitkan di hadapan Allah kelak. Dan siapa yang 
tahu bahwa ia akan dibangkitkan, maka hendaklah ia 
mengetahui bahwa ia akan ditanya, dan siapa yang tahu ia 
akan ditanya maka hendaklah ia mempersiapkan jawaban.”

Orang itu bertanya: “Lalu apa jalan keluarnya?” Al-Fudhail 
menjawab: “Mudah.” “Apa itu?” tanya laki-laki tersebut. Al-Fudhail berkata:
Engkau berbuat baik pada umurmu yang tersisa, niscaya 
akan diampuni bagimu apa yang telah lewat, karena bila 
engkau berbuat jelek dengan umurmu yang tersisa engkau 
akan disiksa karena kejelekan yang telah lalu dan yang akan 
engkau perbuat dalam sisa umurmu.” (Jâmi`ul Ulum wal 
Hikam, 2/383, Mu’assasah ar Risalah, Maktabah Syâmilah)
Sungguh banyak sekali perbuatan baik, dan sungguh pendek 
usia manusia. Oleh sebab itu kita tidak boleh menganggap 
enteng suatu perbuatan baik, namun demikian, ketika 
perbuatan baik yang satu berbenturan dengan perbuatan 
baik yang lain, kita juga dituntut untuk memprioritaskan 
mana yang lebih utama dilakukan.

Syara’ telah memberi petunjuk pada kita bahwa kewajiban 
lebih utama dan paling dicintai Allah dari yang 
sunnah, dan yang sunnah tentu jauh lebih utama dari 
yang mubah (boleh). Dalam hadits qudsi disebutkan:
“Dan tidaklah bertaqarrub (mendekatkan diri) kepada-Ku 
seorang Hamba-Ku dengan sesuatu yang lebih aku sukai 
daripada dia menjalankan kewajibannya. Dan tidak henti-hentinya hamba-Ku mendekatkan dirinya kepada-Ku dengan 
perbuatan-perbuatan sunnah nafilah hingga Aku 
mencintainya.” (HR. al Bukhari)

==============================
Raih Amal Sholih dengan Ikut Serta Menyebarkan Status ini.
==============================
E-mail : forumintelektualmahasiswaislam@gmail.com
PIN BBM : 545D2A31
==============================

0 komentar:

Posting Komentar