Senin, 22 Februari 2016

KEPRIBADIAN DALAM ISLAM

Kepribadian setiap manusia terbentuk dari aqliyah (pola pikir) dan nafsiyah (pola sikap). Kepribadian tidak ada kaitannya dengan bentuk tubuh, asesori dan sejenisnya. Semua itu hanya (penampakan) kulit luar belaka. Merupakan kedangkalan berpikir bagi orang yang mengira bahwa asesoris merupakan salah satu faktor pembentuk kepribadian atau mempengaruhi kepribadian. Manusia memiliki keistimewaan disebabkan akalnya, dan perilaku seseorang adalah yang menunjukkan tinggi rendahnya akal seseorang, karena perilaku seseorang di dalam kehidupan tergantung pada mafahim (persepsi)nya, maka, dengan sendirinya tingkah lakunya terkait erat dengan mafahimnya dan tidak bisa dipisahkan. Suluk (tingkah laku) adalah aktifitas yang dilakukan manusia dalam rangka memenuhi gharizah (naluri) atau kebutuhan jasmaninya. Suluk berjalan secara pasti sesuai dengan muyul (kecenderungan) yang ada pada diri manusia untuk mencapai kebutuhan tersebut. Dengan demikian mafahim dan muyulnya merupakan tonggak atau dasar dari kepribadian. Lalu, apa sebenarnya yang dinamakan dengan mafahim? Tersusun atas apa mafahim ini, dan apa saja yang dihasilkannya? Kemudian apa yang dinamakan dengan muyul? Apa yang memunculkannya, dan apa saja pengaruhnya? Perkara-perkara ini memerlukan penjelasan.

Mafahim adalah makna-makna pemikiran bukan makna-makna lafadz. Lafadz adalah perkataan yang menunjukkan kepada maknamakna. Terkadang ada faktanya, terkadang pula tidak ada. Seorang penyair berkata: Diantara para ksatria, ada seseorang yang jika engkau serang Bagaikan piramid besi yang amat kokoh (Tetapi) jika engkau lontarkan kebenaran (akidah) di hadapannya Luluhlah keperkasaannya, dan hancurlah mereka Makna dari syair ini ada faktanya dan dapat dipahami, meskipun untuk memahaminya perlu kedalaman dan kejernihan berpikir. Ini sangat berbeda dengan perkataan penyair: Mereka berkata, Apakah orang itu mampu menembuskan tombak pada dua orang serdadu sekaligus Pada hari pertempuran, dan kemudian tidak menganggapnya itu sebagai hal yang dahsyat Kujawab mereka, andaikan panjang tombaknya satu mil, tentu akan menembus serdadu yang berbaris sepanjang satu mil Makna syair tersebut tidak ada faktanya sama sekali. Seseorang tidak mampu menembuskan tombak pada dua orang sekaligus. Pada kenyataannya tidak ada satu orangpun yang menanyakan hal itu. Begitu pula tidak mungkin ia menusukkan tombak sepanjang satu mil. Maknamakna yang terdapat dalam kalimat tersebut di atas menjelaskan dan menafsirkan lafadz-lafadz syair itu.

0 komentar:

Posting Komentar