ASSALAM'MUALAIKUM WR WB...

Selamat datang para pengunjung website resmi FIMI [Forum Intelektual Mahasiswa Islam] semoga bermanfaat untuk kejayaan Islam. FIMI mempunyai VISI melanjutkan kehidupan Islam.

SIMNAS (Simposium Nasional) BKLDK 2016

Simposium Nasional Badan Koordinasi Lembaga Dakwah Kampus 2016 | 25-27 Maret 2016 | Institut Pertanian Bogor

Yuk Berjuang Dalam Dakwah

Berjuang Mati | Tidak Berjuang Juga Mati | Mari Berjuang Sampai Mati | Berharap Ridho Illahi

QS. Al-Baqorah : 41

Dan Janganlah Kamu Menukarkan Ayat-Ayat-Ku Dengan Harga Yang Rendah (QS. Al-Baqorah : 41)

HR. Ahmad dan Abu Dawud

Barang Siapa Yang Menyerupai Suatu Kaum Maka Dia Termasuk Golongan Mereka (HR. Ahmad dan Abu Dawud)

Kamis, 30 April 2015

Menjadikan Al-Quran Sebagai Pedoman Hidup


::Menjadikan Al-Quran Sebagai Pedoman Hidup::
Seruan “membumikan al-Quran” oleh orang-orang liberal dimaknai sebagai reaktualisasi al-Quran. Reaktualisasi al-Quran dimaknai bahwa kandungan al-Quran harus ditafsirkan sedemikian rupa hingga sejalan dengan realitas aktual. Agar al-Quran sejalan dengan perkembangan zaman modern maka harus ditafsirkan ulang supaya bisa sesuai dengan perkembangan zaman. Dengan pemaknaan seperti itu akhirnya al-Quran ditundukkan pada perkembangan zaman. Bagaimana mungkin al-Quran justru ditundukkan pada realitas rusak saat ini, padahal al-Quran itu diturunkan untuk menjadi petunjuk hidup umat manusia?
Bahkan ada yang lebih lancang dengan menggugat keaslian al-Quran. Ada juga yang menuduh bahwa al-Quran itu tidak lepas dari ucapan dan pengungkapan Muhammad yang tidak bisa dilepaskan oleh pengaruh konteks zamannya. Seruan dan tuduhan seperti itu pada akhirnya justru akan merusak keyakinan umat akan kesucian al-Quran dan bahwa al-Quran itu merupakan wahyu dari Allah SWT baik lafazh maupun isinya sehingga pasti benar. Tak diragukan lagi bahwa seruan seperti itu bukan mendekatkan kepada al-Quran tapi sebaiknya justru menjauhkkan umat dari al-Quran. Sayangnya seruan yang berasal dari para orientalis itu justru diusung orang muslim yang dianggap intelektual. Tentu saja seruan itu dan semacamnya harus diwaspadai oleh umat siapapun yang membawanya.
Disamping semua itu, juga ada beberapa sikap keliru terhadap al-Quran. Kadang kala yang terjadi adalah mistikasi al-Quran. Al-Quran diangap sebagai ajimat pengusir setan. Padahal, al-Quran diturunkan sebagai petunjuk bagi umat manusia, penjelasan atas petunjuk itu dan pembeda antara hak dan batil, benar dan salah, baik dan buruk serta terpuji dan tercela.
Begitu juga, sudah mentradisi, setiap tahun turunnya al-Quran dirayakan secara seremonial. Al-Quran dibaca dan didendangkan dengan merdu di arena MTQ, tadarusan al-Quran juga marak, dsb. Namun sayang, aktivitas tersebut belum diikuti dengan pemahaman atas maksud diturunkannya al-Quran. Al-Quran yang diturunkan sebagai solusi atas persoalan yang dihadapi oleh umat manusia, justru dijauhkan dari kehidupan.
Al-Quran merupakan kalamullah dan membacanya merupakan ibadah. Betul, bagi seorang Muslim, sekadar membacanya saja berpahala (Lihat: QS al-Fathir [35]: 29), bahkan pahala itu diberikan atas setiap huruf al-Quran yang dibaca. Akan tetapi, yang dituntut oleh Islam selanjutnya adalah penerapan atas apa yang dibaca. Sebab, al-Quran bukan sekedar bacaan dan kumpulan pengetahuan semata, tetapi petunjuk hidup bagi manusia. Al-Quran tidak hanya sekadar dibaca dan dihapalkan saja, melainkan juga harus dipahami dan diamalkan isinya dalam kehidupan sehari-hari.
Sering kita mendengar pernyataan bahwa al-Quran adalah pedoman hidup. Tetapi nyatanya al-Quran tidak dijadikan sebagai sumber hukum untuk mengatur kehidupan. Al-Quran hanya diambil aspek moralnya saja sementara ketentuan dan hukum-hukumnya justru ditinggalkan.
Semua sikap itu sering diklaim sebagai sikap mengagungkan al-Quran. Disadari atau tidak semua sikap itu masih terjadi di tengah masyarakat. Padahal sesungguhnya sikap-sikap itu bukan bentuk pengagungan terhadap al-Quran, tapi sebaliknya justru pengkerdilan terhadap al-Quran. Bahkan boleh jadi semua itu termasuk sikap yang diadukan oleh Rasulullah saw dalam firman Allah SWT:
] وَقَالَ الرَّسُوْلُ يَا رَبِّ إِنَّ قَوْمِي اتَّخَذُوْا هَذَا الْقُرْآنَ مَهْجُوْرًا [
Dan berkatalah Rasul, “Ya Tuhanku, sesungguhnya kaumku menjadikan al-Quran ini sebagai sesuatu yang diabaikan” (TQS. al-Furqan [25]: 30)
‪#‎YukNgajiBarengFIMI‬
‪#‎YukIkutKRIMM‬
==============================
Raih Amal Sholih dengan Ikut Serta Menyebarkan Status ini.
==============================
Website : www.fimi-cimahi.blogspot.com
Youtube : http://www.youtube.com/watch?v=kvCdS9CeotE
Facebook : Forum Intelektual Mahasiswa Islam
Twitter : @FIMIcimahi
Contact Person (Humas FIMI) : Sinar [0823-2148-0478]
==============================

Belajar Dakwah dari Ibnu Mas’ud


::Belajar Dakwah dari Ibnu Mas’ud::
Adalah seorang pemusik bernama Dzaadzan, pemilik suara merdu dan penikmat khamer. Saat Dzaadzan sedang berkumpul bermain musik dan minum khamer bersama teman-temannya, lewatlah seorang lelaki berperawakan kurus dan pendek. Lelaki ini mendekati mereka lalu memukul bejana yang berisi khamer hingga pecah dan berkata,”Alangkah bagusnya suara ini! Seandainya ia membaca Alquran tentu ia lebih baik. Seandainya yang terdengar dari suaramu yang bagus itu adalah Alquran maka engkau adalah engkau...engkau!” Ia pun berlalu meninggalkan mereka.
Dzaadzan bertanya pada kawannya,”Siapa orang ini?”
Mereka berkata,”Dia adalah Abdullah Ibnu Mas’ud! (Sahabat Rasulullah SAW)
Rupanya kejadian itu membuat perasaan taubat masuk ke dalam hati Dzaadzan. Ia lalu mengejar Abdullah Ibnu Mas’ud sambil menangis. Setelah mendapatinya Dzaadzan lalu menarik baju Ibnu Mas’ud. Ibnu Mas’ud pun membalikkan badannya menghadap ke arah Dzaadzan dan memeluknya. Seraya menangis Ia berkata, ”Marhaban wahai orang yang di cintai Allah!, mari masuk dan duduklah!”. Ibnu Mas’ud lalu menghidangkan kurma untuk Dzaadzan. (Siyar an Nubala 4/28)
Di kemudian hari, melalui dakwahnya Abdullah Ibnu Mas’ud, Dzaadzan menjadi seorang ulama besar. Kealiman dan kezuhudannya masyhur di kalangan para tabi’in. Biografinya terangkum dalam kitab Hilyatul Aulia 4/199, dan Bidayah wan Nihayah 9/74 dan Siyar ‘Alamun Nubala 4/280]
Ibrah Dakwah
Kisah dakwah Abdullah Ibnu Mas’ud di atas memberikan beberapa pelajaran penting. Di antaranya: pertama, keikhlasan Ibnu Mas’ud dalam berdakwah. Ia tidak takut menyampaikan kebenaran meskipun seorang diri dan menghadapi banyak orang. Ia sampaikan kebenaran dengan tangan dan lisannya. Pengagungannya terhadap syiar-syiar Islam melahirkan penghormatan dan pengagungan. Siapa yang membesarkan Allah maka Allah jadikan selainNya kecil baginya.
Amr bin Abdul Qais berkata: “Barangsiapa yang takut kepada Allah, maka Allah menjadikan segala sesuatu takut kepadanya, dan barangsiapa yang tidak takut kepada Allah maka Allah akan menjadikannya takut terhadap segala sesuatu.” (Sifatush shafwah 3/208).
Kedua, kasih sayang dan kelembutan Ibnu Mas’ud terhadap orang-orang yang bertaubat. Hal ini tercermin dari ucapan dan perbuatan beliau terhadap Dzaadzan ”Marhaban wahai orang yang di cintai Allah!, mari masuk dan duduklah!”. Ucapannya bernash Alquran, ”Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang bertaubat dan mensucikan diri” (Tqs. Al Baqarah [2]: 222)
Ketiga, teknik berdakwah, menjelaskan yang mungkar seraya memberikan solusi pengganti sebagaimana ucapan Ibnu Mas’ud ra,”Alangkah bagusnya suara ini! Seandainya ia membaca Alquran tentu ia lebih baik”, “seandainya yang terdengar dari suaramu yang bagus itu adalah Alquran maka engkau adalah engkau...engkau!” ini juga cermin kecerdasan Sahabat Abdullah Ibnu Mas’ud dalam meluruskan kesalahan. Ia mengarahkan Dzaadzan si pemilik suara merdu menjadi pembaca Alquran. Suatu arahan yang memperhatikan tabiat seseorang agar sesuai syariah.
Semoga kita diberikan keikhlasan dalam menyampaikan kebenaran, diberikan hati yang lembut dan kasih sayang terhadap orang-orang yang shaleh dan senantiasa bertaubat dan berdakwah di jalan Allah. Diberikan kecerdasan pikir, kefasihan lisan dan perbuatan dalam menyampaikan risalah Islam hingga dakwah ini mampu menghidupkan kembali hati-hati yang hampir mati. Wallahu ‘alam bi ash shawab.
‪#‎YukNgajiBarengFIMI‬
‪#‎YukIkutKRIMM‬
==============================
Raih Amal Sholih dengan Ikut Serta Menyebarkan Status ini.
==============================
Website : www.fimi-cimahi.blogspot.com
Youtube : http://www.youtube.com/watch?v=kvCdS9CeotE
Facebook : https://www.facebook.com/Forum-Intelektual-Mahasiswa-Islam
Twitter : https://twitter.com/FIMIcimahi
Google+ : https://plus.google.com/108265056100254290903
E-mail : forumintelektualmahasiswaislam@gmail.com
PIN BBM : 545D2A31
Contact Person (Humas FIMI) : Sinar [0823-2148-0478]
==============================

Yuk Menyiapkan Kematian


::Yuk Menyiapkan Kematian::
Seorang Muslim sejatinya menyadari bahwa keberadaannya di dunia ini hanyalah sementara karena dunia hanyalah tempat persinggahan sementara. Karena itulah Rasul SAW berpesan kepada Abdullah bin Umar ra, yang hakikatnya juga ditujukan kepada setiap Muslim, “Jadilah kamu di dunia ini seperti orang asing atau seorang pengembara serta persiapkanlah dirimu menjadi penghuni kubur.” (HR al-Bukhari).
Hadits di atas bermakna, “Janganlah kamu terlalu cenderung pada dunia; jangan menjadikan dunia sebagai tanah air; jangan menanamkan ke dalam jiwamu angan-angan bahwa dunia itu abadi; jangan terlalu fokus pada dunia; jangan terlalu terikat dengan dunia sebagaimana orang asing tidak akan terlalu betah tinggal di tempat yang bukan tanah airnya; dan jangan terlalu disibukkan oleh perkara dunia, sebagaimana orang asing yang selalu merindukan pulang kepada keluarganya.” (Al-Malibari, Al-Isti’dad li al-Mawt wa Su’al al-Qubr, I/1).
Dunia tentu berbeda dengan akhirat. Dunia adalah sementara, sedangkan akhirat itu abadi. Kehidupan di dunia itu penuh tipu daya, sementara kehidupan akhirat itulah yang hakiki. Dunia adalah tempat beramal, sementara akhirat adalah tempat penghisaban dan pembalasan. Karena itulah Allah SWT mengingatkan manusia agar jangan menunda-nunda untuk beramal, karena saat kematian datang, kesempatan untuk beramal itu pun telah hilang. Allah SWT berfirman (yang artinya): Hai orang-orang beriman, janganlah harta dan anak-anak kalian melalaikan kalian dari mengingat Allah. Siapa saja yang berbuat demikian, mereka itulah orang-orang yang merugi. Belanjakanlah sebagian dari rezeki yang telah kami berikan kepada kalian sebelum datang kematian kepada salah seorang di antara kalian, lalu ia berkata, "Ya Tuhan-ku, mengapa Engkau tidak menangguhkan (kematian)-ku sebentar saja sehingga aku dapat bersedekah dan aku termasuk orang-orang yang salih?" Allah sekali-kali tidak akan menangguhkan (kematian) seseorang jika telah datang waktu kematiannya. Allah Mahatahu atas apa saja yang kalian kerjakan (TQS al-Munafiqun [63]: 9-11).
‪#‎YukNgajiBarengFIMI‬
‪#‎YukIkutKRIMM‬
==============================
Raih Amal Sholih dengan Ikut Serta Menyebarkan Status ini.
==============================
Website : www.fimi-cimahi.blogspot.com
Youtube : http://www.youtube.com/watch?v=kvCdS9CeotE
Facebook : https://www.facebook.com/Forum-Intelektual-Mahasiswa-Islam
Twitter : https://twitter.com/FIMIcimahi
Google+ : https://plus.google.com/108265056100254290903
E-mail : forumintelektualmahasiswaislam@gmail.com
PIN BBM : 545D2A31
Contact Person (Humas FIMI) : Sinar [0823-2148-0478]
==============================